Dampak Positif dan Negatif Teknologi pada Perubahan Bahasa Indonesia

Teknologi telah membawa sejumlah perubahan signifikan dalam bahasa Indonesia. "Ada banyak dampak positif dan negatif teknologi pada bahasa," ujar Dr. Yanti Mahri, seorang ahli linguistik dari Universitas Indonesia. Salah satu manfaatnya adalah kemudahan dalam berkomunikasi. Kini, dengan adanya teknologi digital, kita bisa berkomunikasi dengan orang lain tanpa batasan waktu dan ruang.

Namun, dampak negatif teknologi juga tidak bisa diabaikan. "Bahasa Indonesia semakin sering ‘dipotong-potong’ dan disingkat dalam pesan teks, seperti ‘gw’ untuk ‘saya’ atau ‘lu’ untuk ‘kamu’," kata Mahri. Ini bisa mempengaruhi pemahaman dan penggunaan bahasa yang baik dan benar.

Teknologi juga menciptakan istilah-istilah baru yang tidak ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Misalnya, kata ‘selfie’, ‘streaming’, dan ‘download’, yang semuanya berasal dari bahasa Inggris. "Ini juga adalah dampak dari teknologi," tambah Mahri. Meski istilah-istilah tersebut sekarang sudah diterima dan digunakan oleh masyarakat luas, namun perlu adanya kebijakan yang jelas terkait penggunaan bahasa asing dalam Bahasa Indonesia.

Selanjutnya, Pengaruh Teknologi terhadap Budaya Indonesia yang Berubah

Selain bahasa, budaya Indonesia juga mengalami perubahan akibat pengaruh teknologi. "Budaya kita terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi," ungkap Prof. Dr. Siti Zuhro, seorang ahli budaya dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Salah satu perubahan yang cukup signifikan adalah budaya literasi. Kini, masyarakat lebih memilih untuk membaca buku digital daripada buku fisik. Budaya menonton bioskop juga mulai berubah. Orang lebih memilih untuk ‘streaming’ film di rumah daripada pergi ke bioskop.

Selain itu, teknologi juga berdampak pada interaksi sosial. "Orang lebih sering berkomunikasi secara virtual dibandingkan tatap muka," kata Zuhro. Ini tentu saja berdampak pada budaya sosial kita, seperti cara berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan orang lain.

Namun, Zuhro juga mengingatkan bahwa teknologi bukanlah ancaman bagi budaya kita. "Sebaliknya, teknologi bisa menjadi alat untuk melestarikan dan mempromosikan budaya kita ke dunia," katanya. Zuhro mencontohkan bagaimana teknologi digunakan untuk membuat film tentang budaya lokal, atau bagaimana media sosial digunakan untuk mempromosikan kuliner khas Indonesia.

Jadi, meski teknologi membawa perubahan, baik dalam bahasa maupun budaya, namun kita harus mampu memanfaatkannya dengan baik dan bijak. Seperti kata pepatah lama, "Banyak jalan menuju Roma", teknologi hanyalah satu dari banyak cara untuk mencapai tujuan kita. Kuncinya adalah bagaimana kita bisa memanfaatkan teknologi untuk kebaikan dan kemajuan bangsa, tanpa melupakan akar budaya dan bahasa kita.